“Zee?? Quinzee Anabela Putri??” Andro menepuk pundak Zee dengan ragu-ragu.
Zee pun terkejut, ada seseorang yang
menepuk pundaknya saat dia tengah asyik memilih perlengkapan bayi disalah satu
mall di Jogja. Zee tengah mengandung anak pertamanya. Zee pun terperangah saat
dia menyadari bahwa yang menepuk pundaknya sepersekian detik yang lalu adalah
Andro.
“Androo?? Andromeda Lucian Mochtar??”
Andro mengulurkan tangannya
sambil melempar senyum saat melihat mulut Zee ternganga melihat kehadirannya
yang tak disengaja. Senyum yang selama tujuh tahun selalu Zee nanti untuk bisa
dia lihat lagi dengan mata indahnya. Senyum yang dulu pernah membuat hati dan
air mata Zee meleleh bertahun-tahun. Air mata?? Iyaa..Andro menghilang entah
kemana saat hati Zee yang begitu keras mulai luluh oleh senyum seorang Andro,
hingga akhirnya Zee memutuskan untuk menerima lamaran seorang pria yang
dijodohkan oleh orang tuanya.
“Kemana aja kamu, Ndoo??”
Aah..Zee masih memanggilku dengan
panggilan dan intonasi yang sama seperti tujuh tahun yang lalu. Andro hanya
mengangkat bahunya sambil menjabat tangan Zee.
Sekarang giliran pikiran Andro
yang melayang saat tangan Zee ada digenggamannya. “ah..aku terlambat..” pikirnya. Wanita yang selama ini dia idamkan,
kini telah menjadi istri pria lain. “Andai
dulu kuberanikan diri untuk nyatakan cinta..mungkin sajaaa..” Andro tak
berani melanjutkan kalimat dipikirannya yang sedang berkecamuk.
“Sama siapa, Zee?”
Andro celingukan memastikan bahwa
Zee sedang seorang diri.
“Sendirian aja kok, Ndoo..kan suamiku kerja..tadi karna bosan dirumah,
jadi aku jalan aja ke mall sekalian cari perlengkapan buat bayiku..” Zee
menjelaskan sambil sesekali mengusap perutnya yang makin membuncit.
“Kamu mau buru-buru pulang?emmm..temani aku makan siang yukk..yah
sekalian ngobrol-ngobrol sebentar..” Andro memberanikan diri untuk mengajak
Zee makan siang. Kapan lagi, pikirnya.
“emm..boleh Ndo..tapi mungkin aku ga bisa terlalu lama..aku harus ada
dirumah sebelum suamiku pulang..”
---------------------------------------------------------------------------------------
“Kamu kemana aja, Ndoo??”
Zee mengulang pertanyaan yang belum
sempat terjawab oleh Andro tadi, sembari menunggu pesanan makanannya datang.
“Maafin aku ya, Zee..” Andro seolah tahu betul bahwa dulu Zee
hampir saja atau malah sudah mempercayakan hatinya untuk Andro..dan Andro juga
seolah tahu betul bahwa Zee menanti Andro untuk melengkapi hidupnya.
“Mungkin aku pria paling pengecut yang pernah kamu kenal..” Andro
melanjutkan kalimatnya.
Zee tetap nampak dingin walaupun
sebenarnya hatinya begitu ingin tahu tentang keberadaan Andro selama ini.
“Kamu kemana aja, Ndo??” tanya Zee yang mulai tak sabar dengan
penelasan Andro.
”Aku memutuskan untuk ga melanjutkan kuliah dan pindah ke Jakarta untuk
kerja, Zee..”
“Aku ingin mewujudkan mimpiku, Zee..”
“Mimpi apa?” hati Zee makin tak karuan.
“Mimpi untuk bisa diterima dikeluargamu,Zee..”
Zee tersentak dengan penjelasan
Andro. Dia tak pernah menyangka bahwa Andro berpikiran sejauh itu. Memikirkan
bahwa Zee adalah wanita yang sebenarnya ingin dia nikahi.
“Tapi kenapa kamu harus menghilang, Ndoo?? Kenapa kamu ga ngasi
penjelasan sedikitpun ke aku?? Bahkan kata cintapun sedikitpun ga pernah
terucap dari bibirmu, Ndoo..” Zee
tertunduk. Kecewa. Sakit. Merasa dipermainkan.
“Maaf Zee..sekali lagi maaf..”
“Dulu aku berjanji pada diriku sendiri..aku akan kembali saat mental
dan finansialku cukup layak untuk aku suguhkan ke orangtuamu..tapi aku juga ga
ingin membuatmu menunggu kapan aku kembali, makanya aku ga bilang apapun ke
kamu saat aku pergi”
Zee bintang yang terlalu tinggi
dan terlalu cantik aku miliki, pikir Andro. Zee anak seorang pengusaha sukses
di Kalimantan. Sedangkan Andro hanya seorang pria yang dilahirkan dari keluarga
sederhana. Dulu Andro harus membagi waktunya untuk kuliah dan menjadi tukang
parkir di salah satu ruas jalan di Jogja. Dan Zee tak pernah tahu.
“..dan sekarang menurut kamu, kamu datang diwaktu yang tepat, Ndoo??”
“..lima tahun, Ndoo..aku tunggu kamu kembali..menunggu
kabarmu..memastikan apakah kau juga mencintaiku..tapii ternyata..”
Andro meraih tangan Zee “Maafin aku, Zee..” Andro begitu sadar
bahwa kata maafnya tidak sanggup mengobati kekecewaan Zee.
“Aku berencana untuk kembali ke Jogja..dan memintamu untuk menjadi Ibu
dari anak-anakku..tapi..aku terlambat, Zee..” kata Andro parau.
“Cukup, Ndoo..tahu gimana perasaanmu ke aku..itu udah cukup buat aku
yang menantikanmu tak jelas selama lima tahun ini..”
Zee segera menyelesaikan makan
siangnya dan berpamitan dengan Andro. Sakit. Kecewa. Tapi Zee lega, karena tahu
kemana Andro selama ini. Itu cukup untuk Zee.
-SEKIAN-
0 comments:
Posting Komentar