Yang Tak Terucap

21.4.13



 “Zee?? Quinzee Anabela Putri??” Andro menepuk pundak Zee dengan ragu-ragu.

Zee pun terkejut, ada seseorang yang menepuk pundaknya saat dia tengah asyik memilih perlengkapan bayi disalah satu mall di Jogja. Zee tengah mengandung anak pertamanya. Zee pun terperangah saat dia menyadari bahwa yang menepuk pundaknya sepersekian detik yang lalu adalah Andro.

“Androo?? Andromeda Lucian Mochtar??”

Andro mengulurkan tangannya sambil melempar senyum saat melihat mulut Zee ternganga melihat kehadirannya yang tak disengaja. Senyum yang selama tujuh tahun selalu Zee nanti untuk bisa dia lihat lagi dengan mata indahnya. Senyum yang dulu pernah membuat hati dan air mata Zee meleleh bertahun-tahun. Air mata?? Iyaa..Andro menghilang entah kemana saat hati Zee yang begitu keras mulai luluh oleh senyum seorang Andro, hingga akhirnya Zee memutuskan untuk menerima lamaran seorang pria yang dijodohkan oleh orang tuanya.

“Kemana aja kamu, Ndoo??”

Aah..Zee masih memanggilku dengan panggilan dan intonasi yang sama seperti tujuh tahun yang lalu. Andro hanya mengangkat bahunya sambil menjabat tangan Zee.

Sekarang giliran pikiran Andro yang melayang saat tangan Zee ada digenggamannya. “ah..aku terlambat..” pikirnya. Wanita yang selama ini dia idamkan, kini telah menjadi istri pria lain. “Andai dulu kuberanikan diri untuk nyatakan cinta..mungkin sajaaa..” Andro tak berani melanjutkan kalimat dipikirannya yang sedang berkecamuk.

“Sama siapa, Zee?”

Andro celingukan memastikan bahwa Zee sedang seorang diri.

“Sendirian aja kok, Ndoo..kan suamiku kerja..tadi karna bosan dirumah, jadi aku jalan aja ke mall sekalian cari perlengkapan buat bayiku..” Zee menjelaskan sambil sesekali mengusap perutnya yang makin membuncit.

“Kamu mau buru-buru pulang?emmm..temani aku makan siang yukk..yah sekalian ngobrol-ngobrol sebentar..” Andro memberanikan diri untuk mengajak Zee makan siang. Kapan lagi, pikirnya.

“emm..boleh Ndo..tapi mungkin aku ga bisa terlalu lama..aku harus ada dirumah sebelum suamiku pulang..”

---------------------------------------------------------------------------------------

Kamu kemana aja, Ndoo??”  Zee mengulang pertanyaan yang belum sempat terjawab oleh Andro tadi, sembari menunggu pesanan makanannya datang.

“Maafin aku ya, Zee..” Andro seolah tahu betul bahwa dulu Zee hampir saja atau malah sudah mempercayakan hatinya untuk Andro..dan Andro juga seolah tahu betul bahwa Zee menanti Andro untuk melengkapi hidupnya.

“Mungkin aku pria paling pengecut yang pernah kamu kenal..” Andro melanjutkan kalimatnya.
Zee tetap nampak dingin walaupun sebenarnya hatinya begitu ingin tahu tentang keberadaan Andro selama ini.

“Kamu kemana aja, Ndo??” tanya Zee yang mulai tak sabar dengan penelasan Andro.

”Aku memutuskan untuk ga melanjutkan kuliah dan pindah ke Jakarta untuk kerja, Zee..”

“Aku ingin mewujudkan mimpiku, Zee..”

“Mimpi apa?” hati Zee makin tak karuan.

“Mimpi untuk bisa diterima dikeluargamu,Zee..”

Zee tersentak dengan penjelasan Andro. Dia tak pernah menyangka bahwa Andro berpikiran sejauh itu. Memikirkan bahwa Zee adalah wanita yang sebenarnya ingin dia nikahi.

“Tapi kenapa kamu harus menghilang, Ndoo?? Kenapa kamu ga ngasi penjelasan sedikitpun ke aku?? Bahkan kata cintapun sedikitpun ga pernah terucap dari bibirmu, Ndoo..”  Zee tertunduk. Kecewa. Sakit. Merasa dipermainkan.

“Maaf Zee..sekali lagi maaf..”

“Dulu aku berjanji pada diriku sendiri..aku akan kembali saat mental dan finansialku cukup layak untuk aku suguhkan ke orangtuamu..tapi aku juga ga ingin membuatmu menunggu kapan aku kembali, makanya aku ga bilang apapun ke kamu saat aku pergi”

Zee bintang yang terlalu tinggi dan terlalu cantik aku miliki, pikir Andro. Zee anak seorang pengusaha sukses di Kalimantan. Sedangkan Andro hanya seorang pria yang dilahirkan dari keluarga sederhana. Dulu Andro harus membagi waktunya untuk kuliah dan menjadi tukang parkir di salah satu ruas jalan di Jogja. Dan Zee tak pernah tahu.

“..dan sekarang menurut kamu, kamu datang diwaktu yang tepat, Ndoo??”

“..lima tahun, Ndoo..aku tunggu kamu kembali..menunggu kabarmu..memastikan apakah kau juga mencintaiku..tapii ternyata..”

Andro meraih tangan Zee “Maafin aku, Zee..” Andro begitu sadar bahwa kata maafnya tidak sanggup mengobati kekecewaan Zee. 

“Aku berencana untuk kembali ke Jogja..dan memintamu untuk menjadi Ibu dari anak-anakku..tapi..aku terlambat, Zee..” kata Andro parau.

“Cukup, Ndoo..tahu gimana perasaanmu ke aku..itu udah cukup buat aku yang menantikanmu tak jelas selama lima tahun ini..”

Zee segera menyelesaikan makan siangnya dan berpamitan dengan Andro. Sakit. Kecewa. Tapi Zee lega, karena tahu kemana Andro selama ini. Itu cukup untuk Zee.

-SEKIAN-

0 comments:

Blog contents © :: Sekotak Kisah Klasik :: 2010. Blogger Theme by Nymphont.